Selasa, 19 November 2013
Postingan ini mengenai sinopsis yang gue tulis
jadi ceritanya pada tahun 1945, ada seorang pejuang bernama Ibnu, dan dia baru menikah 2 minggu dengan wanita bernama Widya. di masa-masa bahagia nya itu, Ibnu sudah di panggil untuk tugas pertempuran di bojongkokosan, dengan berat hati Ibnu pun pergi untuk membela negara. Widya pun merasa sedih dan kecewa, lalu Widya menitipkan sebuah ikat kepala untuk Ibnu kepada temannya.
satu minggu berlalu...dan pertempuran berakhir, Widya dan para istri lainnya mencoba mencari suaminya, di kejauhan dari tempat pertempuran, bau busuk mayat manusia sudah tercium sangat menyengat. mereka mencoba mencari jasad-jasad suaminya, tapi tidak untuk Widya, dia mencari kesana-kemari jasad Ibnu, namun tidak membuahkan hasil, dan hanya menemukan ikat kepala yang di titipkan kepada temannya. Widya merasa sangat sedih dan kehilangan lalu dia berdoa " Ya Tuhan!! bila ini jalan yang terbaik untukku, maka kuakanlah aku!!"
Tiga bulan setelah pertempuran, Widya sudah mulai bisa merelakan suaminya yang entah kemana. dia diangkat menjadi ketua pemberdaya wanita, dan tugas kan ke daerah Bali untuk mengikuti seminar. di Bali ia melihat sebuah drama pertunjukan yang jalan ceritanya sama dengan alur kehidupan yang pernah ia alami, baju nya pun basah di tumpahi oleh air mata. dari kejauhan ada seorang pria yang melihat Widya sedang menangis. Pria itu bernama Reksi, dia datang menghampiri Widya dan menanyakan apa yang terjadi, Widya mencoba untuk berhenti menangis dan menceritakan semua yang terjadi padanya. setelah mendengarkan semua cerita Widya, Mereka pun berkenalan satu sama lain. dan ternyata Reksi adalah pemilik salah satu kantor median cetak di Jakarta. setelah kejadian tersebut Reksi mengajak Widya untuk bekerjasama untuk mengelola media cetak milik nya.
setelah beberapa waktu berlalu mereka berdua dan teman-temannya di tugaskan ke Eropa, untuk membebaskan tawanan-tawanan Indonesia di sana, dalam perjalanan Reksi secara terbuka menyatakan rasa cinta nya kepada Widya selama ini, bahkan ketika merekapertama bertemu, karena Widya sudah tidak memikirkan yang sudah tidak pasti keberadaannya, mereka pun membuat janji suci bahwa setelah tugas ini berakhir mereka akan melangsungkan pernikahan.
setelah tugas berakhir dan saat mereka sedang mempersiapkan pernikahan mereka, Widya berkata kepada Reksi "Izinkan aku untuk mendatangi tempat pertempuran dimana suamiku hilang untuk yang terakhir kalinya". dan Reksi pun menghendaki permintaannya tersebut. dan akhirnya berangkatlah mereka ke Bojongkokosan, sesampai nya disana Widya dan Reksi hanya memandang puing-puing bekas pertempuran yang masih tersisa. namun dari kejauhan ada sesosok pria berdiri menggunankan dua bilah tongkat di ketiak nya. dan pria tersebut tidak lain adalah Ibnu, Suami Widya yang telah lama hilang, Ibnu melihat dan merasakan kehadiran istrinya Widya, namun sebaliknya, Widya hanya merasakan kehampaan pada tempat ini.
karena merasa ragu Ibnu mencoba mendekat dan memastikan apakah wanita yang ia lihat itu benar-benar istrinya, dan setelah ia memberanikan diri untuk mendekat sambil mengumpat di balik pepohonan, ia melihat ternyata wanita yang ia lihat itu benar-benar istri tercintanya Widya yang sedang bersanding dengan pria lain, namun Ibnu mendengar sebuah kalimat dari Widya saat itu juga, Widya berkata "Andaikan suamiki masih ada, mungin aku tidak akan pernah mencintaimu seperti saat ini Reksi!" dan saat itu juga Ibnu menitikan Air mata. dan sebelum Ibnu sempat menunjukan sosoknya Widya sudah pergi bersama Reksi untuk melanjutkan pernikahan. Selsai~
jadi ceritanya pada tahun 1945, ada seorang pejuang bernama Ibnu, dan dia baru menikah 2 minggu dengan wanita bernama Widya. di masa-masa bahagia nya itu, Ibnu sudah di panggil untuk tugas pertempuran di bojongkokosan, dengan berat hati Ibnu pun pergi untuk membela negara. Widya pun merasa sedih dan kecewa, lalu Widya menitipkan sebuah ikat kepala untuk Ibnu kepada temannya.
satu minggu berlalu...dan pertempuran berakhir, Widya dan para istri lainnya mencoba mencari suaminya, di kejauhan dari tempat pertempuran, bau busuk mayat manusia sudah tercium sangat menyengat. mereka mencoba mencari jasad-jasad suaminya, tapi tidak untuk Widya, dia mencari kesana-kemari jasad Ibnu, namun tidak membuahkan hasil, dan hanya menemukan ikat kepala yang di titipkan kepada temannya. Widya merasa sangat sedih dan kehilangan lalu dia berdoa " Ya Tuhan!! bila ini jalan yang terbaik untukku, maka kuakanlah aku!!"
Tiga bulan setelah pertempuran, Widya sudah mulai bisa merelakan suaminya yang entah kemana. dia diangkat menjadi ketua pemberdaya wanita, dan tugas kan ke daerah Bali untuk mengikuti seminar. di Bali ia melihat sebuah drama pertunjukan yang jalan ceritanya sama dengan alur kehidupan yang pernah ia alami, baju nya pun basah di tumpahi oleh air mata. dari kejauhan ada seorang pria yang melihat Widya sedang menangis. Pria itu bernama Reksi, dia datang menghampiri Widya dan menanyakan apa yang terjadi, Widya mencoba untuk berhenti menangis dan menceritakan semua yang terjadi padanya. setelah mendengarkan semua cerita Widya, Mereka pun berkenalan satu sama lain. dan ternyata Reksi adalah pemilik salah satu kantor median cetak di Jakarta. setelah kejadian tersebut Reksi mengajak Widya untuk bekerjasama untuk mengelola media cetak milik nya.
setelah beberapa waktu berlalu mereka berdua dan teman-temannya di tugaskan ke Eropa, untuk membebaskan tawanan-tawanan Indonesia di sana, dalam perjalanan Reksi secara terbuka menyatakan rasa cinta nya kepada Widya selama ini, bahkan ketika merekapertama bertemu, karena Widya sudah tidak memikirkan yang sudah tidak pasti keberadaannya, mereka pun membuat janji suci bahwa setelah tugas ini berakhir mereka akan melangsungkan pernikahan.
setelah tugas berakhir dan saat mereka sedang mempersiapkan pernikahan mereka, Widya berkata kepada Reksi "Izinkan aku untuk mendatangi tempat pertempuran dimana suamiku hilang untuk yang terakhir kalinya". dan Reksi pun menghendaki permintaannya tersebut. dan akhirnya berangkatlah mereka ke Bojongkokosan, sesampai nya disana Widya dan Reksi hanya memandang puing-puing bekas pertempuran yang masih tersisa. namun dari kejauhan ada sesosok pria berdiri menggunankan dua bilah tongkat di ketiak nya. dan pria tersebut tidak lain adalah Ibnu, Suami Widya yang telah lama hilang, Ibnu melihat dan merasakan kehadiran istrinya Widya, namun sebaliknya, Widya hanya merasakan kehampaan pada tempat ini.
karena merasa ragu Ibnu mencoba mendekat dan memastikan apakah wanita yang ia lihat itu benar-benar istrinya, dan setelah ia memberanikan diri untuk mendekat sambil mengumpat di balik pepohonan, ia melihat ternyata wanita yang ia lihat itu benar-benar istri tercintanya Widya yang sedang bersanding dengan pria lain, namun Ibnu mendengar sebuah kalimat dari Widya saat itu juga, Widya berkata "Andaikan suamiki masih ada, mungin aku tidak akan pernah mencintaimu seperti saat ini Reksi!" dan saat itu juga Ibnu menitikan Air mata. dan sebelum Ibnu sempat menunjukan sosoknya Widya sudah pergi bersama Reksi untuk melanjutkan pernikahan. Selsai~
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar